SUKOHARJO – Penyakit tuberculosis (TBC) masih menjadi ancaman di Indonesia. Penemuan kasus TBC di Kabupaten Sukoharjo, berdasar data Dinas Kesehatan, sampai dengan tanggal 14 Desember 2022, penemuan terduga TBC sebesar 7954 orang (70,696) dan penemuan kasus TBC sebesar 1046 kasus (55,7%). Hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus TBC di Kabupaten Sukoharjo melebihi dari angka nasional (45,7%)
Tri Tuti Rahayu, SKM, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo menyatakan bahwa capaian penemuan terduga TBC tahun 2022 meningkat 3,6 kali lipat dibanding tahun 2021 dan penemuan kasus TBC meningkat 1,6 kali lipat.
“Berbagai upaya yang telah dilakukan dengan pencapaian tersebut adalah gerakan bersama dari lintas program, lintas sektor, dan berbagai organisasi profesi kesehatan untuk melakukan surveilans aktif (SA) dan investigasi kontak (IK) kasus.” Kata Tri Tuti, Kamis (15/12/2022).
Dijelaskan Tuti, Penguatan, peningkatan akses, kontribusi dan kolaborasi seluruh fasyankes baik. pemerintah dan swasta melalui implementasi District based Publik Private Mix (DPPM). DPPM Kabupaten Sukoharjo terbentuk pada tanggal 24 Mei 2022 dengan melibatkan seluruh program terkait di DKK. Kepala Puskesmas. perwakilan rumah sakit, perwakilan klinik dan organisasi profesi kesehatan (IDI, PPNI, IBI, IAI, PATELKI, IAKMI, FORMIKI, PERSAGI).
Terkait dukungannya, Organisasi profesi kesehatan sebagai mesin penggerak dari DPPM tergabung dalam Koalisasi Organisasi Profesi Penanggulangan TBC (KOPI TBC) DPPM dan KOPI TBC dibentuk untuk meningkatkan capaian penemuan, pengobatan. pencatatan dan pelaporan. Termasuk juga dalam keanggotaan DPPM adalah mitra jejaring DKK. Mentari Sehat Indonesia (MSI) sebagai komunitas di bidang kesehatan kabupaten Sukoharjo, pelaksana dana hibah The Global Fund untuk TBC.
Tri Tuti menambahkan untuk mewujudkan End TB 2050, dirumuskan beberapa strategi pemulihan program TBC antara lain pencegahan dengan imunisasi BCG, pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT), penemuan dan surveilans kasus dengan IK. SA. penyediaan laboratorium serta logistiknya, penguatan sistem pencatatan dan pelaporan, pengobatan TB aktif dan TB laten, penguatan kolaborasi, kemitraan, dan jejaring layanan, serta perubahan perilaku dari masyarakat dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk berobat dengan benar dan perubahan perilaku batuk
Akmal Mukhibbin S.Farm selaku koordinator TBC MSI Sukoharjo menjelaskan jika peran dari komunitas tentu sebagai pendukung dari peran utama fasilitas Kesehatan (Puskesmas) yang melakukan skrining pada keluarga (kontak) serumah) pasien baru TBC terutama balita dan anak untuk mengetahui status TBC dan segera diberikan TPT jika tidak terkonfirmasi TBC.
“MSI Sukoharjo sebagai komunitas melakukan peranan ini sebagi langkah kolaborasi dengan dinkes dan fasyankes dalam upaya eliminasi penyakit Tuberkolosis (TBC) pada tahun 2028. Maka dari itu MSI Sukoharjo memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada dinkes Sukoharjo dan fasyankes atas terbukanya kolaborasi dalam gerakan bebas TBC” Tuturnya.
Hadir pula dalam kegiatan Diskusi Publik dan konferensi pers mengenai penanganan TBC di Sukoharjo, anggota DPRD Sukoharjo Komisi IV Artiyana Ririn Yuaniwati, menyatakan dukungan penuh atas penanganan TBC.
“DKK didukung komunitas mempunyai peran untuk menggerakkan masyarakat dalam upaya mewujudkan kemandirian, membantu pemerintah menemukan kasus TBC, sekaligus membantu, memotivasi, dan mengedukasi masyarakat untuk melakukan pengobatan hingga sembuh, DPRD mendukung penuh upaya ini,” tandas Ririn.