Pemerintah Kabupaten Grobogan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menargetkan untuk mampu mencapai eliminasi penyakit Tuberkulosis (TBC) pada 2028. Ini sesuai target di Provisini Jawa Tengah.
“Jadi target kita eliminasi TBC pada 2028 atau dua tahun lebih cepat dari target nasional pada 2030,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Grobogan dr. Slamet Widodo dalam Optimalisasi Program Penanggulangan Tuberkulosis bersama Yayasan Mentari Sehat Indonesia, di Hotel Front One, Purwodadi, Jumat (25/11/2022).
Menurut Slamet Widodo, hingga Oktober 2022 telah dilakukan pemeriksaan sebanyak 6.001 orang terduga TBC. Atau sebanyak 48,94% dari perkiraan 12.262 orang terduga TBC.
“Pemeriksaan tersebut dilakukan di layanan kesehatan yakni puskesmas, rumah sakit, klinik dan dokter praktik mandiri,” ujar dr. Slamet Widodo.
Selain itu, lanjut Slamet Widodo, sebanyak 1.313 (penderita) kasus TBC telah dilakukan pengobatan. Jumlah tersebut sekitar 40,47% dari 3.244 kasus tbc yang diperkirakan sebelumnya.
Dari proses pengobatan yang dilakukan di layanan kesehatan, sambungnya, tingkat keberhasilan pengobatan terhadap penderita TBC yang diobati mencapai 92,1%.
“Kendati belum mencapai 100% tingkat keberhasilannya, namun setidaknya sudah menunjukan hasil dan mutu pengobatan pada penderita TBC yang baik,” kata Slamet Widodo.
Sub Koordinator Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Grobogan Gunawan Utomo dalam pejelasannya mengatakan, 1.313 kasus TBC pengobatannya dilakukan di puskesmas sebanyak 678 kasus dan 635 kasus di rumah sakit.
Ditambahkan Slamet Widodo, belum semua layanan TBC setara, terutama untuk RS, klinik dan dokter praktek mandiri. Belum lagi peran lintas sektor yang belum optimal termask upaya screening kontak erat pasien TBC yang tercatat berobat di RS.
Untuk itu, tambahnya, telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan obat TB gratis terutama di puskesmas. Membangun jejaring layanan TBC antar fasilitas layanan Kesehatan, juga bersinergi dengan lintas sektoral.
“Kemudian mengoptimalkan screening melalui pemeriksaan pada kontak erat pasien TBC. Hal ini untuk mencegah dan memutus rantai penularan TBC sejak dini,” jelas Slamet Widodo.(*)