KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mentari Sehat Indonesia (MSI) salah satu Non Goverment Organization (NGO) mitra Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar, Jateng berhasil menemukan 880 anak mengidap penyakit Tuberkulosis (TBC).
Dengan temuan tersebut, dengan demikian memudahkan Dinkes untuk melakukan manajemen pengobatannya. Hal tersebut terungkap pada acara Konferensi Pers bertajuk Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di Karanganyar yang berlangsung di Hotel Permatasari, Tasikmadu, Karanganyar, Kamis (30/11/2023).
Hadir pada acara tersebut berbagai komponen, yakni Wakil Ketua DPRD Karanganyar Tony Hatmoko, SE. MM., Kasubsi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Karanganyar Sri Winarno, SKM., Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan TBC (KOPI TB) Karanganyar, dr. Musdalifah, SpP. M.Kes.
Sedangkan dari MSI hadir SSR MSI Karanganyar Darsih, Amd. Keb., serta Manajer Kasus DPPM MSI Karanganyar Efitya Fitria Istifarin, S.Sos.
Pada acara tersebut Kasubsi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Karanganyar Sri Winarno menjelaskan selama kurun waktu 2019-2023 terjadi lonjakan kasus pengidap TBC pada anak yakni dari 2019 hanya 9 anak, lalu pada 2020 naik menjadi 12 anak dan 2021 sebanyak 11 anak. Lonjakan tinggi terjadi pada tahun 2022 sebanyak 141 anak dan puncaknya pada November 2023 ditemukan sebanyak 880 anak.
“Secara manajemen penanganan kesehatan meski terjadi lonjakan kasus namun tergolong bagus karena berhasil ditemukan ketimbang tidak ditemukan justru berbahaya,” ungkap Sri Winarno.
Apalagi, lanjutnya penanganan TBC perlu kiat khusus karena kecenderungan pengidap TBC tertutup dan enggan berobat karena berbagai alasan meskipun biaya pengobatan ditanggung pemerintah untuk kategori pasien non BPJS.
“Ini menjadi perhatian bersama karena penanganan TBC itu tidak hanya Dinkes melainkan melibatkan banyak stakeholder termasuk komunitas seperti MSI,” pungkas Sri Winarno. Wakil Ketua DPRD Karanganyar, Tony Hatmoko MM mengapresiasi kerja kolaborasi antara Dinkes, MSI dan semua stakeholder yang terlibat penanganan TBC. “Kami dari DPRD siap mensupport, fasilitasi hingga mendorong penguatan anggaran penanganan TBC di Karanganyar,” ungkap Tony Hatmoko.
Sedangkan, Kepala SSR MS Karanganyar Darsih, Amd mengatakan selama ini MSI terus bergerak melakukan tracing keberbagai pelosok guna mencari warga pengidap TBC untuk selanjutnya dilakukan penanganan bersama oleh Dinkes.
“Kami perlu dukungan semua pihak karena TBC tidak bisa selesai hanya ditangani satu pihak namun harus kolaborasi semua stake holder,” kata Darsih.
Ketua Yayasan MSI Karanganyar, Shubuha Pilar Naredia S.Sos., M.Si., pada kesempatan yang lain juga menyatakan bahwa Program DPPM menjadi salah satu strategi yang penting dalam eliminasi TBC, hal ini dikarenakan salah satu bentuk kontribusi DPPM yaitu melakukan pelacakan kasus mangkir TBC bersama Klinik Swasta, Dokter Praktek Mandiri (DPM), dan Puskesmas.
Sementara itu pada acara tersebut, Manajer Kasus DPPM MSI Karanganyar Efitya Fitria Istifarin menjelaskan dengan kolaborasi melibatkan stake holder merupakan upaya mencapai percepatan penanganan YBC.
“Seperti kolaborasi bersama media ini sangat efektif untuk penanganan TBC dari sisi informasi publik,” tandasnya.
Pada bagian akhir dr Musdalifah mengingatkan lagi pentingnya pencegahan yakni hindari kontak erat dengan penderita TBC dan menjauhi tempat berkembang biak virus.
“Bagaimanapun lebih baik mencegah daripada mengobati mengingat TBC merupakan penyakit kategori latent bisa terjadi kapanpun meski sudah diobati,” ujarnya. Beni Indra