KLATEN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten bersama Mentari Sehat Indonesia (MSI) menegaskan komitmen dalam penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Klaten dengan menggandeng sejumlah stakeholder. Di antaranya dengan terlibatnya klinik di Kabupaten Klaten dalam deteksi dini TBC.
Plt Kepala Dinkes Klaten, Anggit Budiarto mengatakan penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia, termasuk Kabupaten Klaten. Untuk mencapai eliminasi TBC di tahun 2030 diperlukan upaya keras untuk dapat menemukan kasus TBC sebanyak-banyaknya untuk kemudian diobati sampai sembuh.
“Upaya penanggulangan TBC membutuhkan peran serta semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat dan komunitas,” ungkapnya saat gelar konferensi pers Komitmen Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan TBC di New Merapi Resto, Klaten, Kamis (30/11/2023).
Menurutnya hingga akhir November 2023, terdapat 1.533 kasus suspect TBC yang berhasil ditemukan dari target 1.926 kasus. Dibutuhkan upaya besar untuk mengungkap seluruh kasus TBC ke permukaan, termasuk dengan menggugah kesadaran masyarakat.
“Di antaranya lewat klinik hingga praktik mandiri dokter, untuk menyampaikan kepada pasien yang terindikasi TBC untuk memeriksakan diri lebih lanjut dan mendapatkan penanganan hingga sembuh. Saya berharap di tahun 2024, semakin banyak pihak yang dilibatkan dalam penanganan TBC di Kabupaten Klaten,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Program SSR MSI Klaten Arif Yudha Aditama mengatakan dalam upaya eliminasi TBC, MSI melalui para kader yang ada di 26 kecamatan telah berusaha memberikan edukasi hingga melakukan deteksi dini kasus.
“Para kader itu melakukan proses skrining kontak erat ketika ada temuan kasus TBC. Selain itu para kader juga gencar melakukan penyuluhan hingga menemukan ribuan suspek yang tersebar di 26 kecamatan di kota bersinar,” katanya.
Ia menambahkan peran masyarakat dalam eliminasi TBC memiliki posisi yang sangat penting. Di antaranya dengan terbuka dengan kondisi kesehatannya saat proses skrining.
“Saat ini masih banyak masyarakat yang tidak terbuka dan cenderung menyembunyikan status kesehatannya. Kondisi ini bisa menjadi kendala dalam memutus mata rantai penyebaran TBC,” ucapnya.