Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi masalah kesehatan yang signifikan di Kota Semarang – dengan 1.745 kasus terdeteksi hingga Mei 2022. Penyakit ini, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, lansia, dan mereka yang sebelumnya pernah terkena TBC. Tingginya kasus di Semarang, termasuk dari kecamatan seperti Tembalang dan Pedurungan, menunjukkan bahwa penanganan TBC memerlukan pendekatan yang lebih intensif dan holistik.
Menanggapi tantangan ini, SSR MSI Kota Semarang melaksanakan program pendampingan khusus untuk pasien yang mangkir pengobatan (Loss To Follow Up/TB-SO). Program ini bertujuan untuk mengedukasi pasien tentang pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan, memahami efek samping obat, dan mengelola kondisi mereka dengan lebih baik. Selain itu, program ini juga memberikan dukungan emosional, membantu pasien merasa lebih didukung dan tidak merasa sendirian dalam perjuangan melawan TBC.
Pendampingan ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, tim SSR MSI melakukan koordinasi dan berbagi data pasien yang menjadi target pendampingan, khususnya pasien TB-SO. Setelah itu, mereka mengidentifikasi kelompok pasien yang akan menjadi sasaran program, termasuk pasien yang baru didiagnosis, mereka yang sedang menjalani pengobatan, dan pasien yang memerlukan pemahaman lanjutan.
Langkah selanjutnya adalah penjadwalan sesi edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Materi edukasi yang disiapkan mencakup informasi tentang TBC, obat-obatan yang digunakan, dosis yang benar, jadwal penggunaan, dan efek samping yang mungkin terjadi. Sesi edukasi langsung dengan pasien TBC dilakukan dengan pendekatan ramah dan empatik, memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan berbagi pengalaman.
Dalam sesi edukasi, tim medis juga melakukan demonstrasi penggunaan obat jika diperlukan dan mendiskusikan cara mengelola efek samping yang mungkin muncul. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan juga dibahas, memastikan pasien memahami pentingnya mengikuti instruksi pengobatan secara konsisten.
Penilaian dan evaluasi dilakukan untuk memastikan pasien memahami materi yang disampaikan. Pasien juga diberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang sesi edukasi dan mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut. Semua kegiatan didokumentasikan dan dilaporkan kepada pihak terkait untuk menunjukkan dampak dan efektivitas program.
Program ini juga melibatkan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang berperan sebagai relawan pendamping. Mahasiswa membantu dalam memberikan edukasi, mengumpulkan data, dan mendampingi pasien dalam proses pengobatan. “Keterlibatan kami dalam program ini memberikan pengalaman berharga dalam menerapkan pengetahuan yang telah kami pelajari di kampus,” kata salah satu mahasiswa relawan. “Melihat pasien kembali menjalani pengobatan setelah sesi edukasi memberi kami kepuasan tersendiri.”
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien TB-SO dapat kembali menjalani pengobatan dan meningkatkan kepatuhan mereka terhadap regimen yang ditetapkan. Program ini tidak hanya membantu pasien menjalani hidup yang lebih sehat tetapi juga mencegah penularan TBC kepada orang lain. Tim SSR MSI Kota Semarang berkomitmen untuk terus memantau dan mengevaluasi efektivitas program ini, serta menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat.
Program ini menunjukkan bahwa dengan pendampingan yang tepat, tantangan TBC dapat diatasi dengan lebih efektif, membawa perubahan positif bagi kesehatan masyarakat Kota Semarang. Pendekatan yang holistik dan komprehensif dalam penanganan TBC ini diharapkan dapat menjadi model bagi kota-kota lain dalam upaya memerangi TBC di Indonesia.