Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung keberhasilan strategi penemuan aktif pasien TBC adalah melalui pelacakan dan investigasi kontak (contact tracing and contact investigation). Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC bertujuan untuk menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga TBC kemudian akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terkonfirmasi TBC, akan diberikan pengobatan yang tepat dan seoptimal mungkin. IK mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus dan mencegah penularan TBC di masyarakat. Investigasi kontak dibagi menjadi 2 jenis yaitu Investigasi Kontak (IK) Rumah Tangga, maksudnya kegiatan yang dilakukan untuk penemuan kasus yang kontak langsung dengan pasien di lingkup keluarga dan Investigasi Kontak (IK) Non Rumah Tangga, dimana kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara sistematis terhadap masyarakat di lingkungan sekitar Indeks Kasus yang sebelumnya telah dilakukan Investigasi Kontak.
Namun pada masa pandemi covid 19 ini terjadi kendala untuk mengerjakan investigasi kontak dengan cara tatap muka dikarenakan banyak wilayah yang memberlakukan PPKM, selain itu banyak masyarakat yang melakukan isolasi mandiri karena terpapar virus covid 19. Sehingga diperlukan cara baru untuk investigasi kontak tanpa perlu takut terpapar covid 19, berdasar hal tersebut maka SSR MSI Karanganyar segera melakukan sosialisasi investigasi kontak secara virtual untuk mempermudah Kader Komunitas SSR MSI Karanganyar mengerjakan investigasi kontak di masa Pandemi Covid 19. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Rabu (24/11/21) – Jum’at (26/11/21) oleh komunitas SSR MSI Karanganyar ini dihadiri oleh seluruh kader komunitas SSR MSI Kabupaten Karanganyar bertempat di Café New Normal Karanganyar. Penyampaian materi dalam kegiatan ini disampaikan langssung oleh ketua Yayasan MSI Karanganyar Shubuha Pilar Naredia, M.Si. Urgensi dilaksanakannya kegiatan ini didasarkan pada prinsip antisipatif merespon adanya lonjakan kasus Covid 19 gelombang 3 yang dikhawatirkan akan menghambat para kader komunitas dalam menjalankan investigasi kontak (IK) secara langsung.
Dalam kegiatan ini juga disampaikan sosialisasi Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada anak usia <5 tahun. Pemberian Terapi Pencegahan TBC pada anak menjadi penting mengingat siapa pun dapat tertular bakteri TBC meskipun tidak memiliki gejala, khususnya pada anak yang memiliki resiko tinggi karena sistem imunnya masih belum stabil sehingga memiliki resiko lebih tinggi tertular bakteri TBC. Saat ini, pengobatan infeksi laten TBC diprioritaskan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan anak di bawah lima tahun yang mempunyai riwayat kontak TB. Anak yang kontak atau tinggal bersama dengan pasien TBC berisiko terinfeksi TBC. Berdasarkan Permenkes Rl No. 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan TBC, bahwa anak di bawah lima tahun yang kontak dengan pasien TBC perlu diberikan pengobatan pencegahan dengan memberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT) agar tidak terinfeksi bakteri TBC. Pemberian TPT ini terbukti aman bagi anak yang kontak dengan pasien TBC dan tidak dikhawatirkan menyebabkan resistensi. Pemberian TPT ini sangat penting dalam eliminasi TBC di lndonesia.
Deteksi dini dan pencegahan penularan Tuberkulosis diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC. Mereka yang didiagnosis Infeksi Laten Tuberculosis (ILTB), akan diberikan terapi pencegahan untuk meminimalisir tumbuh kembangnya bakteri menjadi penyakit TBC. Namun, tingkat memulai, kepatuhan dan penyelesaian terapi pencegahan TBC (TPT) masih rendah di masyarakat, dengan adanya sosialisasi pemberian Terapi Pencegahan Tuberculosis kepada kader komunitas SSR MSI Karanganyar maka diharapkan kader komunitas mampu memberikan edukasi yang baik dan benar kepada keluarga /orang tua balita yang kontak langsung dengan pasien TBC.
(P Sri Rahayu)